Bandung memang dikenal sebagai kota yang memiliki banyak bangunan bersejarah. Kali ini bakal ada 10 bangunan yang sangat bersejarah dan kuno. Yooo kita susuri satu-satu warisan bersejarah di Kota Bandung!
Kekayaan bangunan bersejarah yang ada, membuat Bandung menjadi kota wisata yang tidak pernah habis untuk dijelajahi. Banyak peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia terjadi di kota ini.
Alangkah sayangnya jika sejarah tersebut dilupakan begitu saja, sebab di balik bangunan tua yang ada di Bandung tersimpan destinasi wisata yang sayang untuk ditinggalkan. CHEK THIS OUT !
1. Gedung Sate
Bagi yang sudah pernah
datang ke Kota Bandung, Gedung Sate bukan yang asing lagi. Dinamakan Gedung
Sate karena dibagian atas gedung memiliki ornamen menyerupai tusuk sate. Gedung
ini mulai dibangun pada tahun 1920. Gedung yang khas dengan tusukan yang mirip
dengan sate ini adalah simbol jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan
ini yaitu sebesar 6 juta Gulde, yaitu satuan uang Belanda karna pada saat itu
orang Belanda yang membangunnya.
Gedung
Sate bukanlah gedung biasa, tetapi merupakan gedung perkantoran pemerintah
Provinsi Jawa Barat. Pada hari Minggu, halaman Gedung Sate dijadikan tempat
sebagian masyarakat Bandung untuk bersantai. Seolah tahu gedung ini ramai
dikunjungi warga, para pedagang pun banyak memenuhi lokasi ini. Gedung ini pun
banyak sekali sejarahnya, dan bnayak perunbahan dari zaman ke zaman dari
lingkunagn sekitar.
2. Gereja Bethel
Gereja ini dirancang oleh arsitek C.P Wolff Schoemaker, pada tahun 1925. Fungsi awalnya sebagai tempat beribadah masyarakat Belanda yang beragama Protestan. Sampai saat inipun gereja tersebut masih dipergunakan, bahkan dikembangkan menjadi lebih luas dengan penambahan bangunan tambahan di halaman belakangnya. Lokasi di persimpangan jalan Wastukencana dengan jalan Perintis Kemerdekaan. Bangunan merupakan bangunan sudut dengan sebuah menara pada sudut bangunan depannya. Keunikan bangunan ini adalah adanya mahkota pilar yang unik dan sangat langka yang merupakan awal perkembangan arsitektur Art Deco. Jika dirunut ke belakang, mahkota kolom seperti ini terdapat pada kolom bangunan zaman Byzantin di Eropa. Bangunan ini dapat meningkatkan kualitas lingkungan sekitar dan merupakan landmark.
3.
Gedung Merdeka
Gedung bersejarah ini
terletak di Jalan Asia Afrika, No 65. Bagi Anda yang sering datang ke Bandung,
sudah pasti tahu letak gedung yang megah ini. Dengan gaya arsitektur
Belandanya, gedung ini sangat dimintai oleh para wisatawan. Tak kala Gedung
Merdeka dijadikan tempat untuk pemotretan pra wedding masyarakat Bandung bahkan
luar Bandung.
Awalnya, tempat ini bernama Gedung Societeit Concordia. Namun, nama tersebut diganti oleh Bung Karno menjadi Gedung Merdeka pada tahun 1955. Di gedung ini pula, beliau memimpin Konferensi Asia Afrika bersama para tokoh dunia Asia-Afrika saat itu. Di gedung ini juga ada Museum yang sangat banyak manfaatnya, mulai dari rekaman suara Ir. Soekarno dan GONG Besar, penasaran? Langsung saja datang ke Gedung Merdeka.
Awalnya, tempat ini bernama Gedung Societeit Concordia. Namun, nama tersebut diganti oleh Bung Karno menjadi Gedung Merdeka pada tahun 1955. Di gedung ini pula, beliau memimpin Konferensi Asia Afrika bersama para tokoh dunia Asia-Afrika saat itu. Di gedung ini juga ada Museum yang sangat banyak manfaatnya, mulai dari rekaman suara Ir. Soekarno dan GONG Besar, penasaran? Langsung saja datang ke Gedung Merdeka.
4.
Hotel Grand Preanger
Setelah saat itu, gedung yang terletak di Jalan Asia Afrika No 81 ini menjadi lebih terkenal, baik di dalam maupun di luar negeri. Hotel ini menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia pada saat itu.
lokasi ini juga cocok untuk dijadikan sebagai tempat wisata pendidikan di Kota Bandung. Untuk bisa masuk ke dalam gedung, Anda diharuskan untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu.
6.
Gedung Indonesia Mengugat
Setelah
kemerdekaan, bangunan mengalami beberapa kali pergantian fungsi, yaitu sebagai
tempat Palang Merah, kantor Departemen Keuangan dan yang terakhir digunakan
oleh Jawatan Metrologi sekitar tahun 1960-an sampai dengan tahun 2003. Setelah
Jawatan Metrologi dipindakan, gedung ex Landraad direstorasi atas prakarsa
mantan Gubernur Jawa Barat, Jenderal Mashudi, dan rancangan serta pengawasan
pelaksanaanya di bawah pimpinan DR. Dibyo Hartono dari Bandung Heritage.
Pelaksanaan pemugaran berlangsung dari tahun 2004 sampai 2005.
Bangunan
asli merupakan hasil akulturasi budaya Timur dan Barat, dengan dinding sebagai
struktur satu bata, setebal 30 cm. Pengakhiran dinding di tepi atas, diberi
profil seperti yang biasa digunakan di negeri Belanda abad 18. Ketinggian
langit-langit 4,8 M, dengan material langit-langit dari lembaran logam yang
diukir.
6.
Villa Isola
Terakhir, Villa Isola
merupakan bangunan bersejarah yang wajib untuk dikunjungi. Letaknya di Jalan
Setiabudi, yaitu akses dari Kota Bandung menuju Lembang, tepatnya di kompleks
Universitas Pendidikan Indonesia(UPI). Bangunan tua yang masih sangat terawat
ini bergaya arsitektur art deco.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini sempat digunakan sebagai kediaman
sementara Jendral Hitoshi Imamura menjelang Perjanjian Kalijati dengan
pemerintah terakhir Hindia Belanda di Kalijati, Subang, Maret 1942. Sejarah dan
gaya arsitekturnya itulah yang kemudian membuat bangunan ini wajib untuk
dikunjungi.
7.
Hotel Savoy Homann
Bagi Anda yang bingung mencari penginapan di Bandung, mungkin Hotel Savoy Homann bisa menjadi pilihan. Hotel bintang empat ini berada di Jalan Asia-Afrika No 112, Cikawao, Lengkong.
Selain memiliki kamar yang super nyaman, Hotel Savoy Homman memiliki sejarah tersendiri khususnya di Kota Bandung. Bangunannya bergaya art deco dan dibangun pada tahun 1939. Hotel pertama di Bandung ini pernah digunakan sebagai tempat menginap para tamu negara saat Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Jadi, bila Anda ingin bermalam di hotel bagai tamu penting negara, menginap saja di Hotel Savoy Homman. Hingga saat ini Hotel tetap mempertahankan susana tempo dulunya looh, sampai sampai ada salah satu etalase yang berisikan perlatan makan dari tempo dulu yang sering dipaki untuk para tamu penting yang hendak akan menghadiri Konferensi Asia-Afrika di Gedung Merdeka. Jadi kalau datang ke Bandung, istirahatlah di Hotel ini nyaman dan sekaligus menikmati sejarahnya.
8. Pendopo
Pendopo
merupakan salah satu lambing pemerintahan kabupaten dan merupakan elemen pusat
kota tradisional di masa penjajahan Belanda, karena bupati biasa menerima tamu
dan keluhan masyarakat serta memberikan perintah kepada bawahannya. Pendopo
Kabupaten Bandung berdiri di atas lahan seluas 18.984 m, dengan luas bangunan
utama 1.805,25 m, Luas bangunan Pendopo 470 m, Luas bangunan barat 175 m, Luas
bangunan timur 445 m dan Luas halaman 15.475 m dibangun oleh Bupati R.A.A.
Wiranatakusumah II, setelah ibu Kota Kabupaten di pindahkan dari Krapyak ke
Bandung atas instruksi Gubernur Jendral Hindia Belanda H. W. Daendels tahun
1810.
Pembangunan
Pendopo hamper bersamaan dengan pembengunan Masjid Agung (1811 – 1812), serta
menjadi gedung pertama yang dibangun untuk kegiatan Kabupaten Bandung.
Disekitarnya dibangun jalan kecil yang ditaburi betu kerikil dengan kikis
(pagar bamboo) di kiri dan kanannya. Jalan itu disebut Lulurung.
Pada
awalnya bengunan pendopo menggunakan bahan kayu, atap ilalang dan ijuk. Namun
pada tahun 1850 direnovasi oleh Bupati R.A.A. Wiranatakusumah IV (1846-1874).
Bangunan tersebut diganti dengan tembok bata dan atap bertumpuk atau atap Joglo
yang dipengaruhi arsitektur Jawa. Di bagian belakang dibangun gedung tambahan
terdiri dari ruang tamu utama, ruang kerja, ruang gudang dalam, ruang tengah,
kamar utama, kamar tamu, dua kamar keluarga, ruang arab, dan ruang keluarga,
sedangkan di bagian barat dibangun rumah keluarga bupati.
Di
kompleks pendopo sempat dibangun “ Sakola Kautamaan Istri” yang di pmpin oleh
R.A. Dewi Sartika atas ijin R.A.A. Martanegara pada awal abad 20. Namun dalam
perkembangannya, sekolah ini pindah ke Cigurang serta menjadi cikal bakal majunya
pendidikan di Kota Bandung.
Sejak
tahun 1993, pendopo menjadi kediaman resmi Walikota Bandung, yakni H. Ateng
Wahyudi, H. Wahyu Hamijaya (1993-1998), Aa Tarmana (1998-2003), dan H. Dada
Rosada (2003-2008), (2008-2013).
Seiring dengan upaya mewujudkan visi Kota Bandung
sebagai kota jasa yang bermartabat, di bawah kepemimpinan Bapak H. Dada Rosada
sebagai Walikota Bandung yang sekarang telah banyak mengalami perubahan yang
cukup signifikan dimana kondisi fisik pendopo sekarang lebih mengarah kepada
kawasan yang ramah lingkungan. Hal ini ditandai dengan dibangunnya tujuh sumur
resapan serta dilengkapi penanaman 1.076 pohon dan 102 jenis. Dengan kondisi
seperti itu kawasan pendopo menjadi tempat bercengkerama berbagai jenis burung
9. Gedung Wangsit Siliwangi
Bangunan museum
sekarang yang berdiri di atas tanah seluas 4.176 m2 dengan luas bangunan 1.674
m2, memiliki gaya arsitektur Late Romanticism yang merupakan gedung bekas
bangunan Belanda yang dibangun tahun 1910-1915 oleh pemerintah Belanda untuk
tempat tinggal salah seorang perwira Belanda. Setelah ditinggalkan oleh
Belanda, pada tahun 1949-1950 gedung ini diambil alih oleh pasukan Siliwangi
yang digunakan sebagai Markas Divisi Siliwangi (Militaire Akademie Bandung).
Barulah pada tanggal 23 Mei 1966 sampai sekarang gedung ini digunakan sebagai
Museum Mandala Wangsit Siliwangi oleh Panglima Divisi Siliwangi ke-8 Kolonel
Ibrahim Adjie. Nama itu diambil dari dasar nama simbol Kodam III Siliwangi,
artinya Siliwangi adalah pendiri kerajaan pajajaran yang kekuasaannya sangat
luas yang dipimpin oleh seorang raja yang arif, bijaksana dan wibawa dalam
menjalankan tugas pemerintahannya. Sedangkan mandala wangsit adalah sebuah
tempat untuk menyimpan pesana atau amanat, petuah atau nasihat dari para
pejuang masa lalu kepada generasi penerus melalui benda peninggalannya. Pada
tahun 1977 dibangun gedung baru tingkat II yang diresmikan tanggal 10 November
1980 oleh Pangdam Siliwangi ke-14 Mayjen Yoga Sugama dan prasastinya
ditandatangani oleh Presiden RI Soeharto.
10. Bank Indonesia
Gedung bank ini terletak di Jalan Braga, beberapa puluh meter di sebelah selatan taman yang dulunya bernama Pieter Sythol Park yang sekarang bernama Taman Merdeka. Bangunan ini denahnya berbentuk hamper bujur sangkar, pada ke empat sisinya terdapat bagian yang menonjol, sehingga membentuk denah seperti salib yang pandangan dari barat, timur dan selatan semuanya simetris. Semula bangunan ini bernama Javanche Bank yang dibangun tahun 1915-1918 dari hasil rancangan arsitek Hulswit, Fermont, dan Ed. Cuypers dengan gaya arsitektur Neo-Klasik (Electicism). Bangunannya lebih indah dan apik daripada beberapa bangunan sejenis yang ada di Eropa yang mempunyai nilai arsitektur bersejarah tinggi serta mempunyai peran besar dalam pembentukan ruang kota yang baik sehingga perlu dilakukan pencagaran agar keserasian tetap terpelihara. Gedung ini merupakan contoh yang cukup berhasil dari gaya arsitektur Belanda campuran dan bangunan penting dalam lingkungan karena sebagai “Landmark” yang memiliki keindahan dan juga elemen bangunan yang tinggi berbentuk menara, sehingga mudah dilihat dari jarak jauh. Selain itu juga merupakan bangunan yang terletak dalam kawasan dilindungi karena berada di kawasan Perumahan Utara dan Tenggara bersejarah.
Waaaaw,
masih banyak lagi bangunan-bangunan yang bersejarah di Kota Bandung ini dan
bangunan ini tidak hanya menyimpan sejarah dan cerita yang sangat banyak akan
tetapi nilai tempat wisata heritage yang sangat tinggi, oleh karena itu mari
kita jaga dan lestarikan bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah yang
kuat sesuai dengan Perda Kota Bandung No 19 tahun 2009.
0 komentar:
Posting Komentar